Setelah tanggal 17 Agustus biasanya kita lupa kembali akan semangat
nasionalisme tadi. Seolah lenyap begitu saja diterbangkan angin. Bahkan
pekik merdeka yang beberapa hari lalu masih terasa getarnya, mungkin
sekarang hanya terasa kosong penuh hampa. Semuanya kembali menuju
aktivitas rutin masing-masing, yang korupsi kembali korupsi, yang miskin
tetap seret mencari makan, dan yang menengah tak ambil pusing dengan
semuanya. Gambaran rutinintas seperti itulah yang selama hampir 63 tahun
kemarin terjadi.
Kemerdekaan mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar merenung kan arti kemerdekaan yang sejati. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa mereka toh akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya.
Kemerdekaan mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar merenung kan arti kemerdekaan yang sejati. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa mereka toh akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya.
Sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka saat itu? Entahlah, saya pun
juga tak bisa menebaknya. Hanya bisa menduga bahwa mungkin mereka
beranggapan, biarlah mereka menderita dan mengecap pahitnya dijajah asal
anak cucu mereka tak tak ikut mengalaminya, biarlah anak cucu mereka
hidup damai dalam merdeka, terserah mau mereka apakan kemerdekaan yang
telah berhasil direbut ini.
Meski bagitu, mungkin mereka juga akan menangis setelah melihat saat
ini, wujud kemerdekaan yang telah mereka upayakan tak seperti yang
diharapkan. Korupsi yang membudaya, menjadi bangsa yang kaya tapi tetap
menjadi budak di negeri sendiri, kemiskinan moral dan materi semakin tak
terperi, adalah beberapa potret negeri kita yang belum teratasi.
Mungkin saat ini kita tidak teringat dulu kakek-kakek kita pernah
sama-sama tidak makan, sama-sama menderita, berjuang untuk kemerdekaan
ini.
Lantas darimana kita akan dapat menyelaraskan arti kemerdekaan bila
kita tak punya rasa kebersamaan yang diwariskan oleh beliau-beliau tadi?
Bahkan untuk sekedar ikut membantu dana penyelenggaraan peringatan
kemerdekaan pun ada yang masih berat hati meskipun sebenarnya kita
mampu, inikah arti kemerdekaan yang akan kita wariskan kembali?
Malam menjelang tanggal 17 biasanya diadakan acara malam perenungan
kemerdekaan, tapi sayang banyak yang telah mengalami pergeseran makna.
Ada yang menganggapnya menjadi malam senang-senang penuh kegembiraan,
ada yang menjadikannya sebagai malam reuni antar individu yanng sangat
susah terkumpul di kota-kota besar, bahkan ada pula yang menganggapnya
sekedar formalitas acara belaka. Betapa memprihatinkannya.