Maandag 25 Maart 2013

MAKNA HUT RI

MAKNA HUT KEMERDEKAAN RI KE 68 
Setelah tanggal 17 Agustus biasanya kita lupa kembali akan semangat nasionalisme tadi. Seolah lenyap begitu saja diterbangkan angin. Bahkan pekik merdeka yang beberapa hari lalu masih terasa getarnya, mungkin sekarang hanya terasa kosong penuh hampa. Semuanya kembali menuju aktivitas rutin masing-masing, yang korupsi kembali korupsi, yang miskin tetap seret mencari makan, dan yang menengah tak ambil pusing dengan semuanya. Gambaran rutinintas seperti itulah yang selama hampir 63 tahun kemarin terjadi.
Kemerdekaan mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar merenung kan arti kemerdekaan yang sejati. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa mereka toh akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya.
Sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka saat itu? Entahlah, saya pun juga tak bisa menebaknya. Hanya bisa menduga bahwa mungkin mereka beranggapan, biarlah mereka menderita dan mengecap pahitnya dijajah asal anak cucu mereka tak tak ikut mengalaminya, biarlah anak cucu mereka hidup damai dalam merdeka, terserah mau mereka apakan kemerdekaan yang telah berhasil direbut ini.
Meski bagitu, mungkin mereka juga akan menangis setelah melihat saat ini, wujud kemerdekaan yang telah mereka upayakan tak seperti yang diharapkan. Korupsi yang membudaya, menjadi bangsa yang kaya tapi tetap menjadi budak di negeri sendiri, kemiskinan moral dan materi semakin tak terperi, adalah beberapa potret negeri kita yang belum teratasi. Mungkin saat ini kita tidak teringat dulu kakek-kakek kita pernah sama-sama tidak makan, sama-sama menderita, berjuang untuk kemerdekaan ini.
Lantas darimana kita akan dapat menyelaraskan arti kemerdekaan bila kita tak punya rasa kebersamaan yang diwariskan oleh beliau-beliau tadi? Bahkan untuk sekedar ikut membantu dana penyelenggaraan peringatan kemerdekaan pun ada yang masih berat hati meskipun sebenarnya kita mampu, inikah arti kemerdekaan yang akan kita wariskan kembali?
Malam menjelang tanggal 17 biasanya diadakan acara malam perenungan kemerdekaan, tapi sayang banyak yang telah mengalami pergeseran makna. Ada yang menganggapnya menjadi malam senang-senang penuh kegembiraan, ada yang menjadikannya sebagai malam reuni antar individu yanng sangat susah terkumpul di kota-kota besar, bahkan ada pula yang menganggapnya sekedar formalitas acara belaka. Betapa memprihatinkannya.

1 opmerking: